Achmad Sarjono
Achmad Sarjono
  • May 11, 2021
  • 2373

Dinas Pertanian Prov.Jatim Sarankan Penggunaan Burung Hantu untuk Mengendalikan Hama Tikus

SURABAYA - Tikus masih menjadi salah satu hama yang cukup ditakuti oleh petani di Indonesia. Tercatat, hama tikus masih mendominasi penyebab mengapa banyak petani di Indonesia gagal panen. Hal ini disebabkan karena “meledaknya” populasi hama tikus di beberapa daerah. Selain itu, predator puncak yakni ular sawah mulai jarang ditemukan. Ini disebabkan karena perburuan besar-besaran ular sawah yang seharusnya menjadi penyeimbang dan pengendali hama tikus. Demikian dikatakan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Dr. Ir. Hadi Sulistyo, M.Si, Selasa (11/5/2021).

Dikatakan, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Jatim melalui Satgas Tanaman Pangan dan Holtikultura mulai memutar otak untuk menemukan solusi dari keluh kesah para petani, khususnya petani padi terkait cara mengendalikan hama tikus yang sangat meresahkan. Bahkan di Kabupaten Ngawi, para petani mengaku kesulitan untuk memulai bercocok tanam. Sebab, bibit-bibit yang baru saja ditanam oleh petani langsung rusak karena dimakan oleh hama tikus. 

Untuk itu, petani di Ngawi disarankan untuk menggunakan burung hantu sebagai salah satu cara untuk membasmi hama tikus yang kerap merusak hasil panen petani. Hewan dengan nama lain tyto alba kini menjadi andalan para petani lokal agar hasil panen tidak dirusak oleh tikus. 

Cara ini dirasa lebih efektif dibandingkan dengan memasang jebakan yang teraliri arus listrik. Sebab, beberapa waktu yang lalu terdapat warga yang tewas akibat menginjak jebakan tersebut. Sehingga, pemasangan jebakan listrik ini cukup beresiko dan dapat menyebabkan orang meninggal apabila tidak sengaja terinjak.
Memang, memili burung hantu sebagai predator puncak pengendali hama tikus ini sebuah pilihan yang tepat. Sebab, burung hantu ini sanggup berburu sekitar 2 hingga 5 ekor tikus setiap harinya. Sehingga, hama tikus ini dapat dikendalikan.

Dinas Pertanian Provinsi Jatim lebih merekomenasikan pemasangan umah Burung Hantu (Rubuha) dibandingkan dengan memasang jebakan tikus. Tercatat, terdapat beberapa kasus kematian seorang petani akibat tersengat listrik jebakan untuk hama tikus.
Lalu, penggunaan burung hantu sebagai pemangsa tikus telah dilakukan oleh Satgas Jember. 

Tercatat, sebanyak 4 unit Rubuha. Selain itu, Satgas juga melepas 4 pasang burung hantu pada MK II tahun 2013 dari kelompok tani Subur desa Sumberagung Jember.
Kemudian, langkah serupa juga dilakukan oleh kelompok tani dari Kabupaten Ngawi. Bahkan kasusnya pun lebih parah dibandingkan kabupaten lainnya. Banyak masyarakat merugi karena banyaknya hama tikus di area persawahan. Bahkan, tidak ada orang yang mau menyewa lahan tersebut untuk digunakan pertanian.

Lambat laun, cara mengendalikan hama tikus menggunakan burung hantu ini dirasa cukup efektif dan dapat menekan angka populasi hama tikus di areal persawahan. Maka dari itu, desa Sumberagung Jember menjadi percontohan Rubuha untuk mengatasi meledaknya populasi dari hama tikus.

Dinas Pertanian Jatim yang diwakili oleh Satgas Tanaman Pangan dan Hortikultura ini mulai mensosialkan penggunaan hewan burung hantu untuk menekan pertumbuhan hama tikus di areal persawahan. Di beberapa daerah pun mulai membangun Rubuhan (Rumah Burung Hantu) secara swadaya.
Untuk membuat Rubuha, beberapa petani membuat rumah burung hantu dari papan kayu dengan ukuran 60cm x 40cm x 50Cm. Tinggi tiang penyangga pun dibuat sekitar 4-5 meter dengan tinggi pintu sekitar 10 x 15 cm.

Dengan adanya Rubuha ini, maka diharapkan masalah hama tikus dapat diselesaikan segera. Sebab, banyaknya hama tikus di sawah-sawah warga ini menyebabkan hasil produksi tani menurun bahkan beberapa petani terancam gagal panen akibat membludaknya hama tikus yang memakan hasil panen milik petani, " pungkasnya.(Jon)

Bagikan :

Berita terkait

MENU