BLITAR - Menjaga tradisi toleransi umat beragama sangat penting sekali disaat kualitas moral bangsa terkikis dengan budaya barat. Dibutuhkan kearifan lokal untuk menjaga khasanah budaya bangsa yang dulu saling tolong-menolong dan saling hormat - menghormati antara sesama manusia walau berbeda keyakinan.
Seperti halnya masyarakat Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, demi menjaga toleransi umat beragama, umat islam yang mengumandangkan adzan harus mematikan suara speaker. Hal ini dilakukan saat Umat Hindu melaksanakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943.
(Semua unsur masyarakat Desa Pasirharjo menjaga pelaksanaan Upacara Hari Raya Nyepi)
Sebab, umat Hindu pada saat itu melaksanakan Catur Brata yaitu pelaksanaan amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Pada hari itu umat hindu sama sekali tidak melakukan aktivitas mereka seperti biasa, lingkungan sepi, tidak ada lampu yang menyala, semua orang diam dirumah.
Walaupun bukan menjadi agama mayoritas, namun umat Hindu di Desa Pasirharjo dapat melaksanakan Hari Nyepi dengan tenang dan damai. Bahkan warga juga memasang spanduk bertuliskan "Selamat Hari Raya Nyepi" di sejumlah titik desa.
(Pelaksanaan Upacara Ngembak Geni di Pura Setya Dharma)
Menurut penuturan Kepala Desa Pasirharjo, Chusana Churori menjelaskan, untuk menjaga toleransi sesama manusia dan umat beragama, umat muslim mematikan pengeras suara saat adzan. Hal ini untuk menjaga keharmonisan warga masyarakat Desa Pasirharjo.
"Toleransi warga di sini memang sangat tinggi, jadi selama perayaan Nyepi para muadzin di masjid dan mushola menyerukan adzan tanpa menggunakan pengeras suara. Serta umat non-Hindu juga turut menjaga keamanan Pura dan permukiman warga Hindu, " jelas Chusana, saat pelaksanaan upacara Nyembak Geni di Pura Setya Dharma, Senin (15/03/2021).
(Romo Piandita Lukmin tokoh masyarakat Hindu Desa Pasirharjo)
Chusana mengiginkan keharmonisan dan kerukunan antar umat beragama di Pasirharjo bisa terus tumbuh, berkembang dan berjalan dengan baik.
Disisi lain menurut penuturan, Romo Piandita Lukmin menceritakan, sesuai dengan tugasnya Pemerintah Desa Pasirharjo selalu mengayomi masyarakatnya. Mereka tidak membedakan latar belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakian, suku, ras, hingga warna kulit.
(Salah satu tempat peribadatan Umat Hindu Pura Setya Dharma)
"Pemerintah desa pemberitahukan masyarakat bahwa umat Hindu sedang melaksanakan Tapa Brata sehari semalam dan perlu dijaga stabilitas keamanaannya. Bahkan mereka pada malam itu juga berkeliling untuk menjaga setiap rumah warga Hindu yang melaksanakan ibadah, " tuturnya.
Kata Romo Lukmin, yang menjaga pada malam hari ada Banser, KIM, Babinsa, Babinkantipmas serta tokoh masyarakat. Demikian juga bila umat muslim mengadakan ibadah pada hari raya, pecalang dari Hindu juga menjaga keamanan atau dengankata lain bergantian saling jaga.
"Toleransi merupakan sikap yang menghadirkan kebaikan untuk bisa hidup saling berdampingan tanpa memandang perbedaan, meski berasal dari latar belakang budaya, agama dan ras yang tak sama. Itulah wujud toleransi umat beragama yang perlu dicontoh oleh desa lain, " tandasnya. (Tn)