SURABAYA – Wisuda periode Juni 2022 menjadi momen membahagiakan bagi Gladys Aulia Rizqi. Pasalnya, ia berhasil menuntaskan studi S1 Psikologi dengan menyandang dua gelar sekaligus, Sarjana Psikologi dan Bachelor of Behavioural Science (Psych). Gelar ganda itu didapat Gladys berkat mengikuti program double degree di Queensland University of Technology (QUT) di Brisbane, Australia.
Kepada UNAIR NEWS (27/6) Gladys mengungkapkan bahwa keinginannya untuk mengikuti International Undergraduate Programme (IUP) sudah muncul dari SMA. IUP UNAIR menjadi pilihan Gladys saat itu.
Baca juga:
Danrem 082/CPYJ Gelar Apel Luar Biasa
|
“Jadi saat SMA saya tertarik dengan psikologi UNAIR dan saya research sendiri melalui websitenya. Saya menemukan program Double Degree 2+2 pada saat itu. Membaca program tersebut dan saya tertarik karena bisa berkesempatan kuliah di UNAIR dan di Australia serta mendapat dua gelar. Sejak saat itu bertekad untuk mendaftar pada program itu ketika saya lulus, ” jelas Gladys.
Selama menempuh studi S1 di Fakultas Psikologi UNAIR, Gladys berusaha keras untuk belajar agar IPK nya tercukupi untuk bisa memenuhi persyaratan lanjut ke QUT. Di sisi lain, Gladys tetap aktif dalam kegiatan disamping perkuliahan, seperti menjadi anggota UKM Fotografi, menjadi pengurus non atlet di UKM Basket, mengikuti kepanitiaan rektor cup tahun 2019, dan kepanitiaan lomba basket psychofest tahun 2019.
“Selain itu saya juga mengikuti kursus bahasa Inggris dan persiapan IELTS guna mempersiapkan lanjut ke QUT di IALF, ” ungkap Gladys.
Momen wisuda Gladys Aulia Rizqi di Queensland University of Technology (QUT) Brisbane, Australia. (Foto: Istimewa).
Pandemi dan Lockdown di Australia
Setelah mengikuti berbagai rangkaian persiapan, Gladys berangkat ke QUT Brisbane, Australia pada Februari tahun 2020 dan sebulan setelah itu pandemic COVID-19 melanda. Saat itu, perempuan asal Kediri tersebut juga merasakan lockdown, dimana awal-awal adaptasi berkuliah.
“Saat itu saya ingat sekali mendapat tugas essay pertama disana, saya mendapat nilai yang jelek yang membuat saya down pada saat itu. Tetapi saya tetap tidak menyerah dan setelah saya beradaptasi saya enjoy dengan semua itu. Bahkan saya juga sempat balik ke Indonesia dan tidak bisa kembali selama setahun (tahun 2021), ” papar Gladys.
Lagi-lagi dalam proses menyelesaikan studi, Gladys juga mengalami gagal dalam suatu tugas kuliah, tetapi Gladys tetap tidak menyerah walaupun susahnya tugas dan matakuliah yang diambil. “Alhamdulillah saya tetap bisa lulus tepat waktu dan saya kembali terbang ke Australia pada April 2022 kemarin untuk berwisuda di QUT, ” tutur Gladys.
Tips dari Gladys
Gladys menjelaskan bahwa disamping perkuliahan usahakan untuk tetap berkontribusi aktif di fakultas maupun universitas. Selain itu, tambahnya, teman-teman mahasiswa bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan Universitas untuk outbound seperti exchange guna memperluas jaringan, pengetahuan dan pengalaman.
“Untuk yang ingin ikut double degree, selain belajar untuk mata kuliah bisa ikut kursus bahasa Inggris seperti persiapan IELTS jauh-jauh hari, research tentang negara yang mau dituju bisa menghubungi kakak tingkat yang juga berkuliah di sana untuk bertanya seputar kuliah, culture dan lain-lain, ” jelasnya.
Hal itu penting, sambungnya, karena untuk mempersiapkan diri agar lebih matang dan yakin. Terkadang mahasiswa berpikir jika sekolah di luar negeri susah, mahal dan ribet. Padahal jika kita tahu semua informasi, tandasnya, ketakutan-ketakutan itu tidak terjadi.
“Oleh karena itu harus fokus dan meyakinkan diri sendiri untuk bisa berangkat double degree, ” ujar Gladys.
Pada akhir, perempuan dengan motto hidup “Be yourself no matter what they say” juga mengungkapkan bahwa peran orang tua sangat penting.
“Terutama ayah saya yang sudah support saya dalam mewujudkan keinginan untuk mengambil program double degree dan bisa berkuliah di Australia. Ibu saya juga selalu memotivasi saya untuk tetap yakin kepada diri sendiri dan memanfaatkan kesempatan yang ada secara maksimal, ” pungkasnya. (*)
Penulis: Muhammad Suryadiningrat
Editor: Nuri Hermawan