SITUBONDO - Kemajuan teknologi gadget (gawai) dirancang untuk menyederhanakan dan memudahkan berbagai kebutuhan manusia, mulai komunikasi, informasi, transaksi, hingga rekreasi, menjadikan alat ini menempati posisi utama yang harus dimiliki manusia.
Gadged menjadi satu-satunya alat tekhnologi yang umumnya dibawa kemana-mana mengikuti mobilitas penggunanya. Oleh karena itu, kebutuhan Kebutuhan charger di tempat umum sangat diperlukan, terutama di tempat terbuka (outdoor).
Kenyataan tersebut, medorong Bapak Sulistiyanto Dosen Tetap Prodi Elektro Fakultas Tekhnik Universitas Nurul Jadid untuk menciptakan produk inovasi yang dapat menjawab kebutuhan charger di tempat umum. Bersama dengan 17 mahasiswa binaannya, Pak Sulis (panggilan sehari-hari) menciptakan produk tekhnologi yang diberi nama Solar Cell. Bertempat didesa Kalianget, Dsn. Tampora Kec.Banyuglugur, Situbondo. Kamis, (18/02/2021).
“Solar cell merupakan salah satu alat yang dapat mengkonversi sinar matahari menjadi sebuah energi listrik searah dan menjadi model yang tepat untuk dipakai sebagai tempat charger umum, ” tegasnya.
Dengan panel surya yang dipasang mirip payung, Alat ini menurutnya bisa ditempatkan di tempat makan, tempat ngopi dan tempat wisata sekalipun dengan fungsi ganda yaitu sebagai pengisi daya dan sebagai alat berteduh.
Payung Solar Cell menurut Pak Sulis di design untuk melayani kebutuhan daya bagi pengguna gadged di tempat umum. Kekuatan daya yang dihasilkan tergantung waktu dan kapasitas baterainya.
“Untuk Solar cell dengan kapasitas 100 Wp, dapat mengisi daya hingga 6 handphone sekaligus di siang hari, sementara di malam hari karena daya hanya disimpan di dalam bateri dengan kapasitas 100 Ah, tentu tidak bisa digunakan secara maksimal sebagaimana siang hari, ” tambahnya.
Jadi, menurutnya kekuatan daya di malam hari sangat tergantung pada kekuatan baterai sebagai tempat penyimpanan daya yang dihasilkan panel surya tersebut.
Inovasi yang diciptakan Pak Sulis bersama 17 mahasiswanya sebagai salah satu pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi, disambut baik oleh banyak pihak, salah satunya Bapak Achmad Fawaid sebagai Kepala Lembaga Penerbitan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat.
“saya mungkin juga para pimpinan sangat mengapresiasi pengabdian Pak Sulis bersama sejumlah mahasiswanya, karena selain dilakukan sesuai dengan konsentrasi keilmuannya, juga karena inovasi yang dihasilkan sangat bermanfaat bagi masyarakat umum, ” ungkapnya.
Fawaid berharap inovasi di tengah pandemi ini juga memacu dan memicu dosen lainnya untuk tetap memberikan manfaat bagi masyarakat. Khusus kepada Pak Sulis, menurutnya produk yang diciptakan bisa didaftarkan sebagai salah satu Hak Kekayaaan Intektual berupa Hak Cipta. (PM)