BLITAR - Santri harus bicara tentang perekonomian pesantren untuk kemandirian, sebab Nahdlatul Ulama didirikan atas dasar Kebangkitan Nasional lewat pendidikan. Ada tiga pilar dalam dasar Kebangkitan Nasional yaitu, Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air), Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri dan Nahdlatut Tujjar (pergerakan kaum saudagar).
Menurut penuturan, Abdullah Hamid, Pengurus Pusat Rabithah Maahidil Islamiyyah (RMI) Asosiasi Pondok Pesantren NU, Bidang Divisi Media mengatakan, sekarang Nahdlatul Wathan dan Taswirul Afkar untuk para santri tidak perlu ditanyakan lagi di Indonesia. Dalam kemandirian masih banyak kekurangan, maka perlu membangkitkan lagi spirit Nahdlatut Tujjar untuk kemandirian para santri.
"Bila mandiri tidak diintervensi orang lain serta menjaga marwah santri didepan masyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Sehingga Indonesia menjadi negara Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, " jelas Hamid, ketika ditemui saat bertandang ke Ponpes Maftahul 'Uluum Jatinom, Blitar, Rabu (07/04/2021).
Kepada Media indonesiasatu.co.id dirinya juga menjelaskan, RMI menjelang Bulan Ramadhan mempunyai program Ngaji Property. Bekerjasama dengan teman-teman di Jogyakarta memilih santri 30 orang untuk diberikan pelatihan property selama satu minggu sampai satu bulan.
"Disitu santri dijelaskan bagaimana menjadi pengusaha properti, kalau perlu alumni pelatihan ini juga di beri modal untuk mengembangkan property di daerahnya masing-masing. Sebelumnya kita juga mengadakan sekolah koding atau sekolah pemograman, karena santri harus jago dalam hal IT di era sekarang, " ucapnya.
Abdullah Hamid menghimbau kepada semua santri untuk lebih memberi warna diberbagai hal, diantaranya bidang kewirausahaan. Jangan hanya jadi penonton, harus menjadi pelaku serta menjadi pemain, agar bisa berkontribusi untuk bangsa Indonesia dan agama.
Senada dengan Hamid terkait dengan Nahdlatut Tujjar, M. Iskandar pengusaha bidang pertanian ini akan menerapkan konsep penanaman alpukad di lingkungan Ponpes yang ada di Nusantara. Hal ini untuk memperkuat perekonomian para santri yang sedang menuntut ilmu.
"Pertemuan dengan Gus Hamid ini berhubungan dengan konsep yang kita cita-citakan. Ekonomi pesantren yang belum tersentuh secara maksimal mulai kita tangani, " jelasnya.
Baca juga:
Mas Bup Dhito Hadiri Kontes Betta di Pare
|
Keilmuan, keahlian ketrampilan dibidang pertanian kita tularkan kepada santri. Dengan harapan semua pesantren di Nusantara di bawah naungan NU punya potensi dan kualitas yang nantinya santri setelah pulang punya keahlian pertanian.
"Dengan semangat Nahdlatut Tujjar atau kebangkitan kaum saudagar di lingkungan santri akan tercapai. Sehingga nanti kaum santri dari lingkungan pesantren bisa berkontribusi untuk negara Indonesia dan agama, " tandasnya. (Tn)