SURABAYA – Setiap tahun, Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH UNAIR) mengirimkan delegasi untuk mengikuti kompetisi Philip C. Jessup International Moot Court Competition. Philip C. Jessup International Moot Court Competition merupakan kompetisi peradilan semu internasional tertua dan terbesar di dunia yang diselenggarakan oleh International Law Students Association (ILSA) International headquarter Washington DC, Amerika Serikat.
Bekerja sama dengan Indonesian Society of International Law (INASIL) Indonesia, kompetisi itu diikuti oleh hampir 700 sekolah hukum yang berasal dari puluhan negara. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Philip C. Jessup International Moot Court Competition pada tahun ini dilaksanakan dalam dua tahap.
Baca juga:
Tiga Bintara Kodim Surabaya Utara Dilepas
|
Tahap pertama yaitu National Rounds yang bertujuan untuk menyaring tim dari lima perguruan tinggi di Indonesia untuk bertanding di International Rounds memperebutkan White and Case Jessup Cup World Championship.
Lolos ke International Rounds
Delegasi FH UNAIR berhasil lolos di tahap National Rounds dengan menempati posisi Third Runner Up. Namun, tak hanya itu. Delegasi yang terdiri dari Baiq Elma Purnamawadita (researcher), Laila Maghfira Andaretna (oralist), Alexander (researcher), Gisela Keyla Mathea (oralist), dan Auralia Rizki Putri (oralist) tersebut juga berhasil melaju ke tahap kedua yaitu babak International Rounds. Bahkan, salah satu oralist, Auralia Rizki Putri berhasil menyabet predikat Second Best Oralist.
Pantang Menyerah Menghadapi Kesulitan
Auralia mengatakan bahwa ia sering merasa tidak percaya diri meskipun ia seorang oralist. Namun, ia terus berlatih pleading hingga tiga kali sehari, sampai harus menggunakan timer.
“Saat mendekati lomba, kita latihan pleading dengan menggunakan timer selama 21-22 menit sesuai dengan aturan perlombaan nanti sehingga menjadi terbiasa dengan suasana perlombaan aslinya, ” ujar Auralia kepada media, Jum'at (4/3/2022).
Selain Auralia, delegasi yang lain juga bercerita mengenai kesulitan yang mereka hadapi saat persiapan kompetisi. Menurut mereka, hal paling sulit adalah menyesuaikan waktu latihan karena salah satu delegasi, Gisela Keyla Mathea, sedang berada di Eropa.
“Kita harus menyesuaikan waktu antara jadwal kuliah, kerja part time, dan riset. Topik lombanya juga tergolong baru dan sumbernya sangat terbatas, ” tutur Baiq Elma.
Namun, semua kesulitan itu terbayarkan tatkala tim mereka menjadi Third Runner Up dan berhasil melaju ke babak International Rounds.
“Kami semua merasa bangga mampu berpartisipasi dalam perlombaan international moot court terbesar di dunia dan bahkan berkesempatan untuk melaju ke tahap internasional. Melalui perlombaan ini juga, kami mampu belajar banyak mengenai materi hukum internasional secara mendalam yang kami percaya akan berguna untuk pendidikan dan karier kami ke depannya, ” ujar Alexander.
Tips Menjadi Juara
Sebagai penutup, para delegasi membeberkan tips dan trik agar menjadi juara, termasuk cara untuk menjadi oralist yang fasih.
“Dalam menjadi oralist, sangat penting untuk master our own pleading script, tidak hanya substance, tetapi intro juga penting untuk memberikan awal mula yang baik. (Selain itu, red) yang terpenting adalah kedisiplinan, tekad, percaya diri, dan doa, ” tutup Auralia.
Penulis: Dewi Yugi Arti
Editor: Nuri Hermawan