Mengenal Sejarah Halalbihalal, Tradisi Lebaran Khas Indonesia

    Mengenal Sejarah Halalbihalal, Tradisi Lebaran Khas Indonesia
    Puji Karyanto SS MHum, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR

    SURABAYA – Indonesia memiliki beragam tradisi, salah satunya adalah tradisi lebaran. Momen lebaran di Indonesia terdapat berbagai macam tradisi, mulai dari mudik lebaran hingga halalbihalal. 

    Pakar budaya Universitas Airlangga (UNAIR) Puji Karyanto SS MHum mengungkapkan bahwa halalbihalal secara kebudayaan memang khas Indonesia yang merupakan turunan dari silaturahmi.

    “Kalau kita lihat secara umum ini memang khas kita, kan sama dengan tradisi mudik itu juga khas kita, ” ungkapnya, Senin (2/5/2022).

    Puji menjelaskan bahwa halalbihalal sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antar kerabat yang bertemu saat momen lebaran. Ia menyebut halalbihalal awalnya hanya sebagai tradisi keluarga atau tradisi masyarakat yang kemudian diformalkan oleh orang-orang di sebuah instansi.

    “Jadi semacam melembagakan tadinya yang sudah ada di masyarakat, antar kerabat, antar keluarga yang kemudian dilembagakan oleh kawan-kawan yang ada di instansi, ” tuturnya.

    Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo) itu menjelaskan bahwa konsep halalbihalal merupakan turunan dari konsep silaturahmi. Ia menuturkan, awalnya, silaturahmi terjadi antar kerabat. Tetapi karena orang-orang kota maunya praktis, waktunya efektif, maka diadakan model halalbihalal. 

    Lebih lanjut, Puji menuturkan terkait kapan munculnya nama halalbihalal diperlukan penelitian sejarah yang lebih mendalam. Berkaitan dengan hal itu telah muncul banyak asumsi atau cerita dengan versi yang berbeda-beda mengenai kapan munculnya nama halalbihalal. 

    Tetapi menurutnya, jika membaca literatur yang ada sifatnya masih sporadis yaitu pendapat-pendapat yang belum ada riset sejarah yang baku.

    “Sebelum ada nama halalbihalal, tradisi itu sudah ada sebenarnya. Cuma, menjadi nama halalbihalal itu mulai kapan waktunya, tentu saja butuh penelitian sejarah yang sungguhan, ” tuturnya.

    Asumsi Munculnya Nama Halalbihalal

    Puji menyebut ada tiga asumsi mengenai munculnya nama halalbihalal yang berkembang di masyarakat. Pertama, paling banyak diyakini di masyarakat yaitu halalbihalal merupakan inisiasi KH Wahab Chasbullah yang mencoba mendamaikan beberapa tokoh politik nasional. Para tokoh tersebut dikumpulkan pada sebuah forum yang bertepatan dengan momentum lebaran.

    Kedua, jauh sebelum Indonesia merdeka sudah ada kata halalbihalal yang munculnya di Solo dari pedagang martabak di pasar malam Solo. Dan ketiga, ada yang berbicara bahwa bentuknya sudah ada tapi belum bernama halalbihalal melainkan modelnya seperti open house yang muncul pada saat Pangeran Samber Nyowo berkuasa.

    Berdasarkan adanya asumsi-asumsi yang berkembang di masyarakat itu, Puji menegaskan bahwa menentukan kapan waktu pasti munculnya nama halalbihalal memerlukan penelitian mendalam.

    “Tetapi yang jelas kata halalbihalal itu sudah masuk dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dan diartikan di sana. Berarti maknanya kan, ini sudah merupakan bagian dari tradisi yang ada di Nusantara, ” ungkapnya. (*)

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Pakar UNAIR: Tradisi Lebaran Bukan Sekadar...

    Artikel Berikutnya

    Bripka Arif Harmoko Anggota Propam Polrestabes...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lembaga Pers WAKOMINDO
    Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Kades Kradenan, Inspektorat Banyuwangi Layangkan Surat Panggilan
    Pemeliharaan Pangkalan Agar Aman Dan Nyaman, Kapok Tuud Kodim 0811/Tuban Perbaiki Infrastruktur Jalan Asrama
    Wamenpar Ni Luh Puspa Tinjau Kesiapan Nataru di Pelabuhan ASDP Ketapang Banyuwangi
    Danrem 082/CPYJ Hadiri Pemberangkatan Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya

    Ikuti Kami