SUMENEP - Makam Datok Kareng Pattas bertempat di pemakaman umum masayarakat Gelaman, Arjasa, Kangean, Sumenep, Madura, Jawa timur tepatnya di makam tengah. Di makam tengah ini banyak ulama dan guru ngaji disemayamkan. Tidak terkecuali keluarga besar Datok Karaeng Pattas dan Nyai Aisyiah diantaranya; Datok Habibun, Nyai Nami Benu Aju, Datok Indri, Nyai Mukminah, Datok Abu Bakar, Nyai Andawiyah dan Datok Abdul Akhir. Dimana makam mereka saling bedekatan satu sama lain. Rabu, (05/06/2019).
Tokoh Masyarakat Guru Ahmadullah mengatakan, ada komplek yang memang disediakan untuk keluarga Datok Karaeng Pattas sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga besar ini.
“Penempatan keluarga Datok Karaeng di komplek pemakaman yang saling berdekatan satu sama lain ini merupakan bentuk penghormatan masyarakat. Datok Karaeng Pattas itu seorang yang sangat alim yang datang dari Makassar untuk menyebarkan agama Islam Ahlusunnah Wal-jamaah, ” Ungkap Guru Ahmadullah.
Senada dengan Guru Ahmadullah, Ustaz Supriyadi dari Kayuaru mengatakan, Makam Datok Karaeng ini perlu dirawat dan dikenalkan terus kepada masyarakat Gelaman agar mereka tau bahwa ada ulama besar yang mereka miliki di Gelaman ini.
Memang, Makam Datok Karaeng ini selalu dikunjungi oleh masyarakat tidak hanya masyarakat Gelaman tapi juga masyarakat diluar Gelaman yang mereka itu telah mengetahui sepak terjang dan kekaramahannya. Bahkan ada 3 orang dari Jawah Tengah beberapa tahun yang lalu . Tiga orang tersebut bersemidi (bertapa) di makam ini untuk meminta sesuatu yang menjadi kebutuhannya, tentu dia yang tau dengan kebutuhan yang menjadi hajatnya di makam tersebut.
Masyarakat hampir setiap hari ada yang berkunjung hanya ingin untuk tabarrukan. Biasanya agak ramai pada hari kamis sore karena hari itu merupakan tradisi masyarakat Gelaman datang ke kuburan atau makam untuk bersi-bersih sekaligus membaca do’a maupun tahlil.
Inni Nurul Faizah, salah satu cicit Datok Karaeng Pattas menyampaikan, biasanya hari kamis sore Sebagian masyarakat Gelaman ada yang berkunjung ke makam Datok Karaeng Pattas. Juga setiap selesai shalat jum’at ada beberapa orang yang ziarah ke makam beliau.
Baca juga:
Immanuel Macron VS Politisi Indonesia
|
Pada hari raya idul fitri maupun idul adha kebiasaan masyarakat Gelaman segerombolan baik putra maupun puteri berziarah ke makam Datok Karaeng Pattas dan almarhumin lainnya untuk membaca yasin, tahli dan do’a.
“ Biasanya ramai sekali masyarakat berziarah ke makam Datok Karaeng Pattas pada saat selesai shalat idul fitri maupun idul adha. Mereka datang berbondong-bondong memanjatkan do’a kepada Allah disisi maqbarahnya, ” Ungkap Ustaz Ponirin salah satu cucu Datok Karaeng.
Datok Karaeng penganut madzhab Syafi’I yang diketahui dari kitab-kitab yang diajarkan kepada santri-santrinya dan juga dari kitab peninggalannya yang saat ini masih tersimpan rapi. Kitab yang diajarkan seperti kitab safinah, sullam, tafsir jalalain, bidayatul hidayah dan kitab fiqh, tauhid, tasawuf lainnya yang senasab dengan kajian-kajian Pesantren-Pesantren NU lainnya.
Ustaz Ponirin menambahkan, Kitab-kitab peninggalan beliau masih ada. Kami menyimpannya dengan sangat rapi. Diantaranya kitab itu ada yang bertuliskan tangan beliau seperti kitab nahwu dan kitab shoraf.
“Insya Allah kitab itu masih tersimpan rapi, Cuma ada Sebagian yang mulai robek karena sangat lama sekali. Katanya orang Gelaman, kitab itu kertasnya terbuat dari begu. Bukan kertas biasa seperti kitab-kitab kuning saat ini, ” Imbuhnya.
Rata-rata kitab itu ditulis tangan tangan, entah siapa yang menulis. Yang jelas kitab-kitab tersebut meski sangat tebal sangat tampak sekali bahwa itu hasil dari tulis tangan, ” Tambahnya.
Kelurga besar Datok Kraeng berkeinginan untuk merapikan mulai kulitnya kitab akan diperbaharui dan akan di foto copy agar terpelihara hingga kapanpun, ” Lanjutnya. (AM)